Minggu, 07 Agustus 2011

MULIAKANLAH TAMU ANDA

                   Tamu itu adalah raja,mungkin itu pepatah yang sering kita dengar pada umumnya,namun terkadag pada kenyataannya masih kita jumpai fakta di mana masih ada sebagian  umat islam yang kurang menyadari bagaimana segi pelayanan tamu menurut versi Al Qur'an dan Sunnah Nabi Saw,bahkan yang menyedihkan sekali terkadang ada pula yang enggan menerima kehadiran tamu di rumahnya,memilh-milih tamu yang sekiranya pantas di layani atau di abaikan dengan perlakuan sikap yang beragam,padahal kita tidak patut untuk mengkategorikan tamu-tamu yang sengaja datang kepada kita.Mungkin kita pernah mendengar cerita tentang Nabi Ibrahim bersama Tamu-tamunya,di dalam Al Qur'an Surat Adz Dzaariyat ayat 24-30: 24).Adakah telah sampai kepadamu (Muhammad) ceritanya tamu Ibrahim (Malaikat) yang di muliakan.
25).Ketika itu mereka masuk ke tempat Ibrahim lalu mengucapkan,"Salaaman",Ibrahim-pun menjawab,
      "Salaamun",(pada hal mereka itu) orang-orang yang belum di kenal Ibrahim.
26).Maka diam-diam Ibrahim-pun pergi kepada keluarganya,maka kemudian Ibrahim (kembali kepada tamu-tamunya) dengan membawa daging anak sapi (yang di bakar).                                                      
 27).Maka di hidangkanlah kepada mereka,(tetapi mereka tamu tidak mau makan).Ibrahim-pun berkata,
      "Mengapa kalian tidak mau makan?"
28).Maka Ibrahim-pun merasa takut terhadap mereka.Mereka tamu seraya berkata,"Jangan-lah engkau
      merasa takut",dan mereka memberi kabar gembira kepada Ibrahim dengan (kelahiran) seorang anak
      yang alim (Ishak).
29).Kemudian Istri-nya (Hajar) datang tersontak kaget sambil menepuk wajahnya sendiri,dan berkata,"Aku
      ini hanyalah seorang perempuan tua yang mandul"
30).Mereka tamu berkata,"Demikian itulah Tuhan-mu berfirman,sesungguhnya Dia (Allah) Dzat yang 
      Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui"
                   Ayat-ayat di atas telah mengisahkan tentang bagaimana Nabi Ibrahim memperlakukan tamu-tamunya dengan sangat baik,Nabi Ibrahim ketika itu menghidangkan makanan terbaik yang di milikinya,yaitu daging seekor anak sapi yang di bakar.Padahal Nabi Ibrahim sama sekali tidak menyadari bahwasannya tamu-tamu tersebut adalah beberapa Malaikat yang menjelma menyerupai laki-laki.Dan dengan keikhlasan Nabi Ibrahim menjadi hamba Allah yang shalih itu pula Allah memberikan kabar gembira kepadanya berupa kelahiran Ishak,padahal pada saat itu di dalam asbabunnuzul ayat ini di jelaskan bahwa Nabi Ibrahim telah berusia lebih dari 100 tahun,sedangkan istrinya Hajar pada saat itu berusia sekitar 90 tahun,sedangkan Hajar adalah seorang yang mandul.Secara akal sehat,bagaimana mungkin mereka bisa mendapat keturunan?,namun itulah kuasa Allah,"Kun Fayakun",jika Allah berkehendak maka tidak ada sesuatupun yang mustahil di permukaan bumi ini,maka jangan pernah sesekali kita berputus asa dari rahmat Allah Swt.
                   Di dalam sebuah Hadist,Rasulullah Saw bersabda,"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan pada tamunya,dan adapun kewenangan tamu (kebebasannya untuk meminta pelayanan) adalah sehari semalam,dan adapun hidangan (wajib di berikan) untuk tamu adalah selama 3 hari,setelah lebih 3 hari (makan/hidangan) untuk tamu adalah sadaqah (tidak wajib),dan tidak boleh bagi seorang tamu selama ia bertamu menyusahkan/memberatkan tuan rumah".(HR.Bukhari-Kitabul Adab)
                  Adakah contoh tauladan seperti ini kita temukan di dalam kalangan umat islam pada zaman seperti sekarang ini?,jika-pun ada mungkin sebagian kecil yang mampu mempraktekkan adab Nabi Saw tersebut.Dan hal ini juga patut kita acungkan jempol dan perlu kita jadikan contoh suritauladan yang baik.Sebab orang-orang yang mampu mempraktekkan dalil memuliakan tamu tersebut berarti adalah orang-orang yang mewarisi sunnah Nabi,ajaran Nabi Muhammad Saw.
                  Dalam Hadist lain juga di riwayatkan,"Ketika itu Ukbah Rodiyallahu Anhu berkata kepada Nabi Saw,'Yaa Rasulullah jika seandainya engkau mengutus kami kepada suatu kaum dan kami menginap bersama mereka,namun mereka sama sekali tidak menjamu kami,maka bagaimanakah menurut engakau?',lalu Rasulullah Saw bersabda kepada kami,'Jika kalian menginap di tempat suatu kaum bersama kaum tersebut maka perintahkanlah mereka untuk menjamu kalian dengan selayaknya dan terimalah jamuan mereka itu,dan apa bila mereka tidak berbuat demikian (tidak menjamu kalian) maka ambillah oleh kalian hak-nya tamu yang selayaknya dari mereka".(HR.Bukhari-Kitabul Adab)
                  Ada beberapa hal yang bisa kita petik dari hadist di atas,yakni jika kita kedatangan tamu,maka kita memiliki kewajiban dalam mengurus dan melayani tamu tersebut dengan jamuan terbaik yang kita miliki.Dan apa bila kita mengabaikan serta membiarkan orang yang menjadi tamu kita,maka tamu tersebut mempunyai kewenangan untuk mengambil hak-nya sebagai tamu di rumah kita,mungkin dengan mengambil makanan sendiri di dapur,atau meminta kamar untuk beristirahat.Namun alangkah berahlaknya anda berbuat hal yang terbaik jika kedatangan tamu di rumah anda,dan jangan sampai anda membiarkan tamu begitu saja di rumah anda dengan perlakuan yang kasar dan tanpa memberikan pelayanan sedikitpun kepadanya,sehingga bagi tamu yang memahami akan haknya sebagai tamu,bisa saja ia akan menuntut haknya kepada anda dan hal itupun dapat menyebabkan fitnah bagi diri anda sendiri selaku tuan rumah,maka hendaknyalah anda bergegas dalam memberikan pelayanan terbaik untuk tamu anda.
                   Selain sikap memuliakan tamu adalah suatu perintah mulia dari Rasulullah Saw,di samping itu di sisi Allah juga mendapatkan kebaikan pahala beramal shaleh,bahkan di dalam hadist-hadist lain banyak di terangkan kefadhalan dari memuliakan tamu,yakni tamu yang datang ke rumah kita ketika ia keluar dari rumah kita maka keburukan-keburukan yang ada di dalam rumah tersebut akan keluar bersama berlalunya tamu meninggalkan rumah kita,dan jika kita inggin di mudahkan rizki dari Allah maka hendaklah memuliakan tamu.Bahkan bisa jadi tamu yang datang ke rumah kita itu adalah Malaikat yang menjelma menjadi seorang pengemis yang meminta-minta yang membawa kabar gembira seperti halnya cerita Nabi Ibrahim bersama tamunya,akan tetapi kita malah mengusirnya sehingga hilanglah kesempatan kita untuk mendapatkan suatu kabar gembira dan rizki dari Allah yang tidak kita sangka-sangka melalui perantara tamu tersebut.Gambaran ini bukan maksud kami untuk menyamakan persepsi seperti cerita Nabi Ibrahim yang pasti akan terjadi sama persis kepada kisah anda,namun Allah SWT itu adalah Dzat yang memiliki rahasia yang tersembunyi,dan bisa saja Allah menentukan takdirnya kepada setiap manusia seperti contoh kejadian orang-orang yang terdahulu sebelum kita,Wallahu alam.
                   Di riwayatkan dalam suatu Hadist,"Bahwasannya ketika itu Abu Bakar tengah kedatangan beberapa orang tamu,dan Abu Bakar berkata kepada anaknya Abdurrahman Rodiyallahu Anhuma,'Wahai abdurrahman,jamulah tamu-tamu ku ini terlebih dahulu,sebab aku ada kepentingan keluar untuk menjumpai Nabi Saw',kemudian Abdurrahman-pun melaksanakan perintah baapaknya (Abu Bakar),ketika hidangan telah siap dan di hidangkan,Abdurrahman-pun berkata kepada para tamu tadi,'Makanlah kalian',akan tetapi salah satu tamu itu bertanya kepada Abdurrahman,'Di manakah tuan rumah kita (Abu Bakar)?',lalu Abdurrahman menjelaskan kepada mereka bahwa Bapaknya (Abu Bakar) ada keperluan sesaat untuk menjumpai Nabi.Kemudian Abdurrahman kembali menawarkan hidangannya kepada tamu-tamu tadi,'Silahkan,makanlah kalian'.Salah satu tamu tadi berkata,'Sesungguhnya kami tidak akan makan sebelum tuan rumah kita (Abu Bakar) datang',Abdurrahman berkata,'Terimalah hidangan kami ini,dan makanlah kalian,sebab apa bila bapak (Abu Bakar) kembali,dan mendapati kalian belum makan di rumah ini maka sungguh kami akan di marahi',maka tamu-tamu tersebut tetap menolak tawaran dari Abdurrahman,'Duhai sungguhlah aku dapat membayangkan jika bapak (Abu Bakar) kembali,kami tentu akan di marah',ungkap Abdurrahman dengan kekawatirannya.Dan ketika Abu Bakar telah kembali ke rumah,Abdurrahman yang mengetahui Abu Bakar telah pulang,seketika itu juga bergegas pergi bersembunyi.Di saat Abu Bakar menyaksikan tamunya tidak sedikitpun yang mencicipi hidangannya,ia-pun bertanya kepada tamu-tamu itu,'Kenapa kalian ini (belum memakan hidangan kami)?',kemudian tamu-tamu tersebut menjelaskan alasan mereka kepada Abu Bakar.Pada saat itu Abu Bakar menduga bahwa Abdurrahman membiarkan tamu-tamunya begitu saja sehingga Abu Bakar-pun berteriak-teriak memanggil Abdurrahman yang tengah bersembunyi karena takut akan di marah,'Wahai Abdurrahman...!?',mendengar panggilan Abu Bakar,Abdurrahman memilih untuk diam dan tidak berani keluar dari persembunyiannya,untuk kedua kalinya Abu Bakar kembali memanggil Abdurrahman,'Wahai Abdurrahman...!?',Abdurrahman tetap memilih berdiam diri,sehingga ketiga kalinya Abu Bakar-pun berkata,'Wahai anak yang bodoh!,aku bersumpah seandainya engkau mendengar panggilanku dan kamu tidak juga datang maka aku-lah yang akan mendatangi mu'.Akhirnya Abdurrahman-pun memberanikan diri keluar mendatangi Abu BAkar sambil berkata,'Cobalah engkau (bapak) tanyakan kepada tamu-tamu engkau (bahwa aku sudah membujuk mereka utuk makan tapi mereka tidak mau dan mereka tetap ingin menunggu engkau kembali)'.Kemudian salah satu tamu tersebut berkata,'Benar wahai Abu Bakar,sesungguhnya Abdurrahman telah menawarkan hidangan kepada kami,(tapi kami ingin menunggu kedatanganmu terlebih dahulu)',Abu Bakar berkata,'Mengapa kalian harus menuggu ku kembali?,(jika begitu) demi Allah malam ini aku tidak akan mencicipi hidangan ini'.Tamu yang lain-pun berkata,'Demi Allah,kami-pun tidak akan memakan hidangan tersebut sebelum engkau yang memulainya'.Abu Bakar berkata,'Aku tidak pernah melihat malam terjelek dari pada malam ini,kenapa kalian begitu?,kenapa kalian tidak mau (menerima hidangan yang menjadi hak kalian?)'.Akhirnya Abu Bakar-pun memerintahkan Abdurrahman mengambilkan makanan untuknya dari dapur,kemudian Abu Bakar meletakkan makanan tersebut di tangannya lalu memakannya dengan terlebih dahulu membaca kalimat 'Bissmillah' ,dan kemudian Abu Bakar-pun makan bersama-sama para tamunya".(HR.Bukhari-Kitabul Adab)
                  Inilah suatu pelajaran yang sangat berharga dari suri tauladan salah seorang sahabat terdekat Nabi Saw,dan juga orang yang pertama kalinya menjadi khalifah setelah sepeninggalnya Nabi Muhammad Saw.
Ini adalah wujud kecintaan terhadap Rasulullah Saw,dengan merealisasikan sunnahnya,mengikuti suruhannya,itu semua adalah suatu kelezatan yang mendorong keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Jadi adapun agama ini harus kita buktikan dengan praktek yang sesungguhnya baik di dalam urusan yang besar maupun dalam urusan yang terkecil sekalipun.
Jazakumullahu khairan.
                                                                                     By.H.Muhammad Faqih Abdulloh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar